Menteri Agama Nasaruddin Umar secara resmi membuka Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional 2025 yang diselenggarakan di Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan. Acara bersejarah ini menandai pertama kalinya santri Indonesia beradu kemampuan membaca kitab kuning dalam kompetisi berskala internasional. Tema yang diusung pada MQK Internasional 2025 adalah “Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian”. Menag Nasaruddin Umar menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar ajang perlombaan, melainkan sebuah platform penting untuk mempererat silaturahmi antara ulama, santri, dan akademisi dari berbagai negara. Beliau menyoroti urgensi tema tersebut, mengaitkannya langsung dengan isu mendesak seperti perubahan iklim dan konflik global yang perlu segera diakhiri. Angka korban jiwa akibat perubahan iklim yang mencapai empat juta per tahun, jauh melampaui korban perang, menjadi pengingat betapa krusialnya perhatian terhadap kelestarian alam. Hal ini menekankan peran sentral ajaran agama dalam mengarahkan perilaku manusia agar lebih harmonis dengan alam semesta.
MQK Internasional 2025: Kebangkitan Islam Modern dari Wajo
Momentum Bersejarah: MQK Internasional Pertama di Indonesia
Pembukaan Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional 2025 di Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan, menjadi catatan penting dalam sejarah dakwah dan pendidikan Islam di Indonesia. Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa ajang ini untuk pertama kalinya mempertemukan santri Indonesia dengan delegasi internasional dalam kompetisi membaca kitab kuning. Tema “Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian” dipilih untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks.
Baca juga
Urgensi Tema Lingkungan dan Perdamaian
Dalam pidato pembukaannya, Menag Nasaruddin Umar menggarisbawahi relevansi tema MQK Internasional 2025. Ia menyatakan, “Merawat lingkungan, dan menjaga perdamaian adalah tema kita. Kaitannya dengan perubahan iklim dan persoalan perang yang harus segera diakhiri.” Perbandingan dampak antara perubahan iklim dan perang sangat mencolok, di mana perubahan iklim merenggut hingga empat juta jiwa per tahun, jauh melampaui 67.000 korban jiwa per tahun akibat perang. Angka ini menjadi alarm bagi seluruh dunia untuk segera bertindak.
Perubahan iklim yang terjadi sangat erat kaitannya dengan perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam. Menag Nasaruddin Umar menekankan bahwa di sinilah peran bahasa agama menjadi sangat penting. Ia berharap, melalui MQK Internasional, ajaran-ajaran agama mengenai pelestarian alam dapat digali dan dibahas lebih mendalam. “Mari kita eksplorasi ajaran turats tentang pelestarian lingkungan. Kini saatnya Kemenag mensponsori apa yang kami sebut sebagai ekoteologi, yakni kerjasama antara manusia, alam, dan Tuhan,” ujarnya, mengajak kolaborasi antara berbagai pihak.
Baca juga
Diplomasi Budaya Pesantren dan Kebangkitan Peradaban Islam
Lebih dari sekadar kompetisi, MQK Internasional dipandang sebagai instrumen diplomasi budaya pesantren yang bertugas meneguhkan citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin di mata dunia. “Pesantren adalah poros perdamaian. Kita ingin menunjukkan bahwa Islam Indonesia tumbuh dengan dakwah yang ramah, penuh persaudaraan, dan menghormati budaya,” jelas Menag Nasaruddin Umar. Beliau berharap ajang ini menjadi awal kebangkitan peradaban Islam modern, setara dengan kejayaan ilmu pengetahuan di masa Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad yang melahirkan ilmuwan besar seperti Al-Khawarizmi dan Ibnu Sina. Harapannya adalah MQK Internasional mampu melahirkan generasi ilmuwan muslim yang tidak hanya mahir dalam kajian kitab kuning, tetapi juga mampu memberikan solusi atas permasalahan zaman, menjaga kedamaian, dan melestarikan lingkungan.
Inovasi dan Ciri Khas MQK Internasional 2025
Baca juga
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag, Amien Suyitno, menjelaskan tiga hal penting yang membedakan MQK tahun ini:
- Skala Internasional: Untuk pertama kalinya, MQK digelar di tingkat internasional, melibatkan negara-negara ASEAN.
- Mekanisme Digital: Seluruh proses pelaksanaan, mulai dari seleksi, input nilai, hingga penyediaan teks kitab, sepenuhnya berbasis digital.
- Lokasi Strategis: Penyelenggaraan MQK tahun ini berlokasi di kawasan Indonesia Timur, yaitu di Pesantren As’adiyah, Wajo.
Acara pembukaan berlangsung meriah dengan persembahan seni budaya Bugis-Makassar oleh santriwati Pesantren As’adiyah dan penampilan orkestra lagu tradisional. Ribuan masyarakat hadir menyaksikan momen yang disebut Menag sebagai “sangat bersejarah”.
MQK Internasional perdana ini diikuti oleh 798 santri semifinalis dari seluruh Indonesia dan 20 peserta dari tujuh negara ASEAN. Thailand dan Filipina turut hadir sebagai observer.
Acara pembukaan ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, antara lain Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Wajo Andi Rosman, Wakil Gubernur Maluku Utara H Sarbin Sehe, jajaran pejabat Kemenag, ulama lintas negara, serta dewan hakim dan peserta dari dalam maupun luar negeri. Penandaan dimulainya acara dilakukan dengan penanaman pohon di halaman pesantren As’adiyah, Sengkang, Wajo, sebagai simbol komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Selain agenda perlombaan utama, MQK Internasional 2025 juga dirangkaikan dengan berbagai kegiatan lain, termasuk Pramuka Santri, Expo Kemandirian Pesantren di Lapangan Merdeka, Halaqah Internasional di Macanang, dan Gerakan Ekoteologi di pesantren. Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan “Night Inspiration” yang menampilkan musisi seperti Veve Zukfikar, Raim Laode, Arda Naff, dan Budi Doremi. Sementara itu, “Fajar Inspiration” diisi oleh tokoh-tokoh nasional seperti Prof Nasaruddin Umar, Prof Kamaruddin Amin, Prof Sayid Agil Husin Al-Munawar, dan KH Abdul Moqsith Ghazali, yang dilaksanakan seusai salat Subuh berjamaah di Masjid Ummul Qurra.