Cinta adalah anugerah indah yang menjadi fitrah manusia, namun dalam Islam, umat Muslim diingatkan untuk berhati-hati. Ada jenis-jenis cinta yang jika tidak dikelola dengan benar, justru dapat menjerumuskan seseorang ke dalam jurang kenistaan, bahkan ancaman neraka. Pemahaman mendalam mengenai jenis cinta yang harus dihindari menjadi krusial agar ibadah dan keimanan tetap terjaga. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai bentuk cinta yang berpotensi membawa celaka, serta bagaimana kita bisa menyikapinya sesuai ajaran agama agar terhindar dari murka Allah.
3 Jenis Cinta Terlarang yang Bisa Membawa Petaka di Akhirat
Mengenal Bentuk Cinta yang Menjerumuskan Umat Muslim
Dalam ajaran Islam, cinta merupakan perkara yang kompleks. Ia bisa menjadi sumber kebaikan dan pahala, namun bisa pula menjadi jalan menuju kesesatan jika salah arah. Penting bagi setiap Muslim untuk membedakan antara cinta yang dibenarkan dan cinta yang dilarang. Tiga jenis cinta yang perlu diwaspadai adalah mahabbah syirkiyyah, mahabbah muharromah, dan mahabbah thabi’iyyah yang berlebihan.
Baca juga
1. Mahabbah Syirkiyyah: Cinta yang Menandingi Cinta kepada Allah
Mahabbah syirkiyyah adalah bentuk cinta yang mengandung unsur kesyirikan. Dalam jenis cinta ini, seseorang menempatkan kecintaannya pada makhluk setara atau bahkan melebihi cintanya kepada Allah SWT. Hal ini berarti menuhankan perasaan cinta tersebut kepada selain Sang Pencipta. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 165, “Dan di antara manusia ada yang menjadikan tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman sangat besar kecintaannya kepada Allah.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa barangsiapa mencintai makhluk seperti kecintaannya kepada Al-Khaliq (Allah), maka ia telah melakukan syirik, menjadikan selain Allah sebagai tandingan. Konsekuensi dari perbuatan syirik ini sangat berat, yaitu ancaman kekal di neraka Jahanam. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
2. Mahabbah Muharromah: Cinta yang Diharamkan dan Berujung Maksiat
Baca juga
Selanjutnya adalah mahabbah muharromah, yaitu cinta yang diharamkan atau cinta yang berujung pada perbuatan maksiat. Jenis cinta ini diarahkan pada individu atau kelompok yang jelas-jelas menentang ajaran Allah, seperti orang kafir, musyrikin, munafiqin, pelaku bid’ah, dan pelanggar syariat lainnya. Lebih dari sekadar pada pelakunya, kecintaan pada perbuatan maksiat itu sendiri, seperti syirik, kekufuran, nifaq, bid’ah, atau segala sesuatu yang diharamkan oleh syariat, juga termasuk dalam kategori mahabbah muharromah. Mengagumi atau mencintai tindakan yang bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya sama saja dengan menempatkan diri pada posisi yang membahayakan keimanan dan kesucian jiwa. Cinta semacam ini harus dihindari karena ia menjauhkan diri dari rahmat Allah dan membuka pintu dosa.
3. Mahabbah Thabi’iyyah yang Berlebihan: Cinta Tabiat yang Melampaui Batas
Mahabbah thabi’iyyah adalah cinta yang bersifat alami atau naluriah, yang tumbuh karena fitrah manusia. Cinta ini ditujukan kepada pasangan hidup, orang tua, anak, kerabat, sahabat, harta benda, dan hal-hal duniawi lainnya yang memang secara kodrati manusia akan merasa sayang dan cinta padanya. Hukum asal cinta jenis ini adalah mubah (boleh) karena memang telah diciptakan oleh Allah sebagai bagian dari watak manusia. Namun, hukum mubah ini dapat berubah menjadi haram jika rasa cinta tersebut menjadi berlebihan hingga melampaui batas kewajaran. Kapan cinta tabiat ini menjadi haram? Yakni ketika rasa cinta tersebut melebihi porsinya, mengalahkan cinta utama kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah surat At-Taubah ayat 24, “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, dan sanak saudara kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” Penafsiran Ibnu Katsir mengenai kalimat “maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya” adalah sebuah azab atau hukuman berat yang akan menimpa orang-orang yang cinta dunianya melampaui cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, keseimbangan dalam mencintai dunia dan akhirat adalah kunci agar cinta tabiat tidak berbalik menjadi bencana.