Hujan dari Langit: Penjelasan Al Quran dan Sains Terkini

Hujan dari Langit: Penjelasan Al Quran dan Sains Terkini

7 Oktober 2025
Altair

Proses terjadinya hujan dalam pandangan Al-Qur’an menawarkan perspektif menarik mengenai bagaimana fenomena alam ini terjadi dan bagaimana awan mampu menghasilkan curahan air yang vital bagi kehidupan. Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi sebagai hamparan yang luas dan langit sebagai atap pelindung. Dari langit inilah diturunkan air hujan yang berperan penting dalam menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan dan menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki bagi seluruh makhluk. Segala ciptaan ini dimaksudkan agar manusia senantiasa merenungkan, mempelajari, dan mengolahnya demi kemaslahatan hidup.

Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan fenomena hujan secara gamblang terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 22: “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit. Lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” Ayat ini menegaskan bahwa bumi, langit, serta benda-benda langit lainnya adalah ciptaan Allah yang terintegrasi dalam satu sistem kesatuan, yang dalam ilmu pengetahuan modern dikenal sebagai ekosistem.

Hujan yang turun dari langit membawa kesuburan bagi bumi, memungkinkan pertumbuhan berbagai tanaman seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan umbi-umbian yang memberikan manfaat luar biasa. Selain itu, aliran air hujan juga membentuk sungai, danau, dan mengisi sumur-sumur air, serta memperluas area kesuburan. Keberlangsungan dan pemeliharaan alam semesta untuk kebaikan makhluk-Nya ini merupakan tanda kebesaran Allah. Namun, ironisnya, sedikit manusia yang mau merenungkan atau bahkan banyak yang tetap berpaling dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 32: “Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan dan lain-lainnya).”

Keterkaitan Hujan dalam Al-Qur’an dan Penjelasan Sains

Setelah Al-Qur’an menegaskan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam menurunkan hujan, para ilmuwan pun termotivasi untuk mempelajari lebih dalam bagaimana awan dapat menghasilkan hujan. Berdasarkan tafsir ringkas Kementerian Agama, hubungan antara angin, awan, dan hujan dapat dipahami melalui siklus air. Proses ini dimulai dari penguapan air laut yang naik ke atmosfer membentuk awan, kemudian turun kembali ke bumi sebagai hujan. Air hujan yang mencapai bumi selanjutnya mengalir kembali ke laut melalui sungai dan perairan bawah tanah. Meskipun Al-Qur’an tidak merinci seluruh siklus air ini, banyak ayat yang menjelaskan bagian-bagian penting dari proses tersebut dengan akurat.

Secara umum, kehidupan di bumi ditopang oleh tiga elemen utama: atmosfer, energi dari sinar matahari, dan medan magnet bumi. Atmosfer berperan menyerap energi matahari, mendaur ulang air dan komponen kimia, serta bekerja sama dengan medan listrik dan magnet untuk menciptakan cuaca yang kondusif. Atmosfer juga berfungsi sebagai pelindung bumi dari kehampaan dan suhu ekstrem luar angkasa. Penjelasan ilmiah ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an mengenai keteraturan alam semesta.

Dua Tipe Awan yang Menghasilkan Curah Hujan

Para ilmuwan mengklasifikasikan awan yang menghasilkan hujan menjadi dua tipe utama berdasarkan bentuknya: Stratus (tipe berlapis) dan Cumulus (tipe menumpuk). Awan tipe Stratus, yang melibatkan tahap awan Stratus dan Nimbostratus (nimbo berarti hujan), terbentuk melalui proses kenaikan awan yang bertahap dan perlahan oleh angin. Proses ini digambarkan dalam Surat Ar-Rum ayat 48: “Allah ialah (Tuhan) yang menggerakkan angin, lalu awan itu digerakkan-Nya dan dikembangkannya di langit sesuai yang dikehendaki-Nya, dan dijadikannya berarak, lalu kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya…”. Dalam kondisi suhu yang cukup rendah dan kelembaban tinggi, butiran air dalam awan ini akan bergabung menjadi tetesan yang lebih besar, menyebabkan awan tampak menghitam.

Tipe awan kedua adalah awan yang bertumpuk-tumpuk, mencakup jenis Cumulus, Cumulonimbus, dan Stratocumulus. Awan ini ditandai dengan bentuknya yang menggumpal dan bertingkat. Pembentukan tipe awan ini dijelaskan dalam Surat An-Nur ayat 43: “Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mempertemukan bagian-bagiannya, lalu menjadikannya bertindih-tindih, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya…”. Angin yang kuat, yang bergerak naik dan turun, mendorong gumpalan awan ini untuk menyatu dan membentuk gumpalan awan raksasa. Pada tahap ini, awan Cumulus atau Cumulonimbus siap menghasilkan air hujan.

Apa yang diungkapkan oleh sains mengenai proses pembentukan awan dan hujan ini sejatinya selaras dengan pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Banyak ayat lain yang membahas tentang siklus air, seperti Surat Ghafir ayat 13, Al-Mu’minun ayat 18, Al-Furqan ayat 48, dan Al-‘Ankabut ayat 63, yang secara tidak langsung menjelaskan fenomena alam ini. Terdapat pula ayat-ayat lain yang berbicara mengenai air dalam konteks yang berbeda, seperti pada Surat Al-Waqi’ah ayat 68-70, yang menunjukkan kedalaman dan kebenaran Al-Qur’an yang terbukti selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Bagikan Artikel

Artikel Terkait

Belum ada artikel terkait.