Menjemput jodoh dapat diwujudkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui taaruf. Istilah taaruf berasal dari bahasa Arab, yakni “ta’arafa yata’arafu” yang berarti saling mengenal. Konsep ini memiliki dasar dalam Al-Qur’an, tepatnya pada Surat Al-Hujurat ayat 13. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Jodoh Belum Tiba? Yuk Coba Taaruf, Solusi Nikah Tanpa Pacaran
Proses taaruf lebih dianjurkan dalam Islam dibandingkan pacaran karena dinilai lebih mampu menghindari perbuatan yang mendekati zina. Islam sangat tegas melarang segala sesuatu yang dapat mengarah pada perzinahan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 17).
Selain membantu menjauhi zina, terdapat beberapa alasan kuat mengapa taaruf menjadi pilihan yang lebih baik daripada pacaran dalam mencari pasangan hidup.
Baca juga
Mengapa Memilih Taaruf Sebagai Jalan Menuju Pernikahan
Taaruf menawarkan sebuah pendekatan yang lebih terstruktur dan sesuai dengan ajaran agama untuk menemukan pasangan hidup. Berbeda dengan pacaran yang seringkali berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh potensi risiko, taaruf dirancang untuk meminimalisir keraguan dan memaksimalkan kesungguhan dalam proses pencarian jodoh.
1. Terhindar dari Fitnah dan Perbuatan Negatif
Baca juga
Proses taaruf sangat dianjurkan karena sejalan dengan syariat Islam. Salah satu keunggulan utamanya adalah pelibatan pihak ketiga, seperti orang tua atau kerabat terdekat, dalam setiap tahapan perkenalan. Kehadiran pihak ketiga ini menjadi benteng pelindung bagi calon pasangan agar terhindar dari potensi fitnah dan hal-hal negatif lainnya. Berbeda dengan praktik pacaran yang kerap diisi dengan pertemuan berdua-duaan tanpa pengawasan, yang berisiko tinggi menjurus pada hal-hal yang tidak sesuai tuntunan agama, taaruf membangun interaksi yang lebih terjaga dan bermartabat. Fokusnya adalah membangun pondasi hubungan yang kuat dan suci, jauh dari godaan yang bisa merusak nilai-nilai luhur.
2. Perjalanan Cinta yang Terarah dan Jelas Tujuannya
Salah satu keunggulan taaruf adalah kejelasan arah dan tujuan hubungan. Proses ini dijalani dengan niat utama untuk menuju jenjang pernikahan, baik dalam waktu dekat maupun setelah melalui proses penjajakan yang mendalam. Hal ini membuat setiap langkah yang diambil terasa lebih pasti dan terarah, meminimalisir ketidakpastian yang seringkali menghantui hubungan pacaran. Dalam pacaran, tujuan akhir hubungan kerap kali tidak jelas, bahkan seringkali hanya sebatas momen saling memberikan dan menerima perhatian semata. Taaruf, sebaliknya, memberikan kerangka yang kokoh untuk membangun komitmen jangka panjang yang diawali dengan pemahaman mendalam tentang kesiapan menuju pernikahan.
Baca juga
3. Menghindari Harapan Palsu dan Kekecewaan
Taaruf dirancang dengan tahapan-tahapan yang jelas, mulai dari pertukaran biodata, pertemuan langsung dengan pengawasan, hingga proses khitbah atau lamaran. Jika di tengah perjalanan salah satu pihak merasa tidak cocok atau tidak memiliki kesamaan pandangan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, proses taaruf dapat dihentikan dengan cepat dan tanpa kerumitan berlebih. Mekanisme ini secara efektif melindungi individu dari jebakan harapan palsu yang seringkali menimbulkan kekecewaan mendalam dan kegalauan berkepanjangan, seperti yang kerap dialami dalam hubungan pacaran.
4. Kriteria Pasangan yang Dapat Dipilih Sesuai Keinginan
Dalam proses taaruf, calon pasangan diberikan kebebasan untuk mengidentifikasi dan menuliskan kriteria ideal pasangan yang diinginkan, mirip dengan penyusunan CV saat melamar pekerjaan. Kriteria ini bisa mencakup kepribadian, latar belakang pendidikan, pekerjaan, hingga nilai-nilai kehidupan yang dianut. Apabila calon pasangan yang dipertemukan tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, individu berhak untuk menghentikan proses taaruf. Namun, penting untuk diingat bahwa penghentian ini harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang, mengingat kesempurnaan mutlak sulit ditemukan pada diri manusia dan setiap orang memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing.
5. Mengenal Calon Pasangan Melalui Informasi Orang Terdekat
Salah satu aspek penting dalam taaruf adalah pelibatannya dengan orang-orang terdekat calon pasangan, seperti orang tua, keluarga besar, atau sahabat karib. Melalui interaksi dengan mereka, seseorang dapat memperoleh informasi yang lebih jujur, akurat, dan komprehensif mengenai karakter, kebiasaan, serta latar belakang calon pasangan. Hal ini sangat berbeda dengan pacaran, di mana informasi yang diperoleh cenderung hanya menampilkan sisi terbaik dan terpoles dari masing-masing individu. Pihak ketiga dalam taaruf berperan aktif menggali informasi mendalam untuk memastikan kecocokan, sehingga proses mengenal calon pasangan menjadi lebih efisien dan meyakinkan tanpa memakan waktu yang lama.
Dengan memilih taaruf, berarti seseorang telah berusaha menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam mencari pendamping hidup. Pendekatan ini tidak hanya memuliakan hubungan, tetapi juga membangun fondasi pernikahan yang kokoh berdasarkan nilai-nilai agama dan saling pengertian yang mendalam.