Kumpulan doa saat musim penghujan ini penting diketahui setiap muslim. Mengamalkan doa-doa ini sangat dianjurkan agar setiap tetes hujan yang turun membawa keberkahan dan dijauhkan dari segala bentuk bencana. Musim hujan seringkali identik dengan fenomena alam seperti petir, gemuruh, guntur, dan kilat. Dalam adab Islam, mencela hujan sangat dilarang. Justru, di saat-saat seperti ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa, memohon perlindungan dari segala keburukan yang mungkin dibawa oleh hujan.
Doa Musim Hujan: Lindungi Diri & Raih Berkah saat Hujan Lebat
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui dan mengamalkan kumpulan doa yang diajarkan ketika musim penghujan tiba. Doa-doa ini merupakan bentuk ikhtiar spiritual agar setiap peristiwa alam yang terjadi dapat kita hadapi dengan penuh kesadaran dan penyerahan diri kepada Allah SWT. Melalui doa, kita memohon agar hujan yang turun menjadi rahmat, bukan ancaman, dan agar kita senantiasa dilindungi dari segala marabahaya yang menyertainya.
Dengan memahami dan mengamalkan bacaan-bacaan doa ini, kita tidak hanya menjaga diri dari potensi bahaya, tetapi juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Ini adalah cara kita merespon nikmat dan ujian dari-Nya dengan penuh rasa syukur dan tawakal.
Doa Ketika Mendengar Suara Petir
Saat terdengar gemuruh petir yang menggelegar, momen ini seringkali menimbulkan rasa gentar. Dalam ajaran Islam, terdapat doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika mendengar petir. Doa ini memohon perlindungan dari murka dan azab Allah, serta memohon ampunan sebelum hal buruk terjadi. Dari Ibnu Umar, diceritakan bahwa Rasulullah SAW membaca doa:
“Allahumma La Taqtulna Bighadhobika wala Tuhlikna bi a’zabika wa a’fina Qobla Zalika“
Baca juga
Artinya: “Ya Allah, jangan bunuh kami dengan murka-Mu, dan jangan binasakan kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah kami sebelum itu.” (HR at-Tirmidzi).
Selain itu, ada pula riwayat dari Ikrimah yang menyebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika mendengar suara petir, beliau mengucapkan:
“Subhanalladzi Sabbahat Lahu“
Baca juga
Artinya: “Maha Suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya”.
Bacaan-bacaan ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah dan bahwa segala fenomena alam adalah tanda kekuasaan-Nya. Dengan berdoa, kita mengakui ketidakberdayaan diri di hadapan keagungan-Nya dan memohon pertolongan-Nya.
Bacaan Saat Menyaksikan Kilat
Kilat yang menyambar di langit seringkali menjadi pertanda akan datangnya hujan. Dalam momen ini, kita dianjurkan untuk membaca doa yang mengandung pengakuan atas kebesaran Allah. Doa ini menekankan bahwa Allah Maha Suci dan Dialah yang memperlihatkan kilat untuk menimbulkan rasa takut sekaligus harapan. Doa yang diajarkan adalah:
“Subhana Man Yurikumul Barqa Khaufan wa Thoma’aa“
Artinya: “Mahasuci Allah yang telah memperlihatkan kilat kepadamu, yang karenanya engkau menjadi penakut dan penuh harap.”
Membaca doa ini saat melihat kilat mengajarkan kita untuk selalu merenungkan kekuasaan Allah. Rasa takut yang timbul dari kilat seharusnya mengarahkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, sementara harapan akan datangnya hujan yang membawa manfaat seharusnya membuat kita bersyukur dan berdoa memohon kebaikan.
Doa Ketika Hujan Mulai Turun
Ketika hujan mulai membasahi bumi, momen ini adalah waktu yang sangat baik untuk berdoa. Rasulullah SAW mengajarkan doa yang singkat namun penuh makna, memohon agar hujan yang turun membawa manfaat dan kebaikan. Doa yang diajarkan adalah:
“Allahumma Shoyyiban Naafia’an“
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat”. (HR Al-Bukhari).
Doa ini sederhana namun sangat penting. Hujan yang turun bisa menjadi rahmat jika bermanfaat, seperti menyuburkan tanaman dan mengisi sumber air. Namun, bisa juga menjadi musibah jika berlebihan dan menimbulkan banjir. Oleh karena itu, doa memohon hujan yang bermanfaat adalah cara kita meminta agar setiap curahan air yang turun membawa kebaikan bagi kehidupan.
Doa Saat Hujan Deras Melanda
Ketika hujan turun dengan sangat deras, bahkan berpotensi menimbulkan bencana, Rasulullah SAW juga mengajarkan doa khusus untuk memohon agar hujan tersebut tidak menimpa kita secara langsung dan merusak, melainkan dialihkan ke daerah-daerah yang membutuhkan dan dapat menampungnya. Doa ini mencakup permohonan agar hujan diturunkan di sekitar, bukan untuk merusak, serta dialihkan ke dataran tinggi, gunung, lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan. Doa tersebut adalah:
“Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, waz-zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.“
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR Al-Bukhari).
Doa ini menunjukkan kebijaksanaan Rasulullah SAW dalam menghadapi fenomena alam. Kita memohon agar hujan yang deras tersebut menjadi berkah di tempat lain yang mungkin lebih membutuhkan, serta menghindari dampak buruk seperti banjir dan longsor di pemukiman kita.
Doa Syukur Setelah Hujan Mereda
Setelah hujan yang lebat reda, penting bagi kita untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang beriman adalah mereka yang menyandarkan turunnya hujan kepada karunia dan rahmat Allah, bukan kepada pergerakan bintang atau fenomena alam semata. Doa yang dianjurkan adalah:
“Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih“
Artinya: “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”
Siapa yang mengucapkan doa ini, maka ia telah beriman kepada Allah dan kufur terhadap kepercayaan pada bintang-bintang. Sebaliknya, orang yang mengatakan “Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini”, maka ia telah kufur kepada Allah dan beriman pada bintang-bintang. (HR Al-Bukhari-Muslim).
Doa ini mengajarkan kita untuk selalu mengakui bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Dengan bersyukur, kita menunjukkan bahwa kita adalah hamba yang senantiasa menyadari nikmat yang telah diberikan dan tidak menyandarkan keberhasilan atau kejadian pada selain pencipta-Nya.