Kisah hikmah ini berpusat pada teladan akhlak mulia Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dalam memotivasi dan memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya bekerja dan berusaha. Dalam ajaran Islam, bekerja dan mencari nafkah digambarkan sebagai perbuatan yang sangat mulia. Berbagai riwayat hadis menegaskan hal ini, menekankan bahwa usaha pribadi jauh lebih baik daripada meminta-minta.
Motivasi Kerja Rasulullah: Kisah Pengemis Jadi Mandiri
Salah satu kisah yang paling menginspirasi adalah ketika seorang pengemis datang menemui Nabi Muhammad SAW. Tanpa langsung memberikan bantuan tanpa syarat, Nabi memilih untuk mendidik pengemis tersebut agar mandiri. Beliau menanyakan apa saja yang dimiliki pengemis itu di rumahnya. Ternyata, sang pengemis hanya memiliki pakaian sehari-hari dan sebuah cangkir. Nabi kemudian meminta pengemis itu untuk membawa barang-barang tersebut. Barang-barang ini lantas ditawarkan kepada para sahabat untuk dibeli. Setelah berhasil menjualnya dengan harga dua dirham, Nabi memberikan satu dirham kepada pengemis itu untuk membeli makanan dan satu dirham sisanya untuk membeli kapak. Pengemis itu diperintahkan untuk mencari kayu bakar, menjualnya, dan tidak kembali dalam keadaan mengemis selama lima belas hari. Tindakan ini menunjukkan cara Nabi mendidik dengan memberikan solusi jangka panjang, bukan sekadar bantuan sementara. Ini adalah inti dari motivasi kerja yang diajarkan Rasulullah, yaitu memberdayakan seseorang agar mampu memenuhi kebutuhannya sendiri melalui usaha yang halal.
Membangun Kemandirian Melalui Usaha Halal
Baca juga
Setelah selang waktu lima belas hari, pengemis itu kembali menemui Nabi SAW, namun kali ini dengan membawa sepuluh dirham. Ia telah menggunakan hasil penjualannya untuk membeli pakaian baru dan sisanya untuk kebutuhan makan keluarganya. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata dari hikmah yang diajarkan Nabi. Beliau kemudian bersabda, “Hal ini lebih baik bagimu karena mengemis hanya akan menyebabkan noda di wajahmu di akhirat nanti.” Pernyataan ini sangat tegas dalam menggambarkan konsekuensi negatif dari meminta-minta yang berlebihan. Islam membatasi kondisi seseorang untuk mengemis hanya pada tiga keadaan yang sangat mendesak: fakir miskin yang benar-benar tidak memiliki apa pun, menanggung utang yang tak mampu dibayar, atau menderita penyakit yang menghalangi untuk berusaha. Ketiga kondisi ini memerlukan uluran tangan masyarakat, namun bukan berarti menghilangkan kewajiban untuk berusaha ketika kondisi memungkinkan.
Keutamaan Bekerja dan Menghindari Meminta-minta
Berbagai hadis lain semakin memperkuat pentingnya bekerja. Salah satunya menyebutkan, “Sungguh, seandainya salah seorang di antara kalian mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya ataupun tidak.” Hadis ini secara gamblang membandingkan pekerjaan kasar, seperti mencari kayu bakar, dengan meminta-minta, dan menyatakan yang pertama lebih mulia. Bahkan, Nabi Dawud ‘alaihissalam dijadikan contoh sebagai seorang nabi yang memakan hasil usahanya sendiri. Ini menunjukkan bahwa bekerja, sekecil apa pun, adalah sumber kebanggaan dan kemuliaan. Hadis lain dari Az-Zubair bin Al-‘Awwam menggemakan pesan serupa, menekankan bahwa usaha mengambil tali, pergi ke gunung, memikul kayu bakar, dan menjualnya, akan mencukupi kebutuhan hidup dan itu lebih baik daripada meminta-minta.
Baca juga
Berkah Lelahnya Pekerja
Kelelahan yang dirasakan setelah bekerja keras pada siang hari justru membawa berkah tersendiri. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah Ta’ala.” Ini menunjukkan bahwa kerja keras memiliki nilai ibadah dan menjadi sarana penghapus dosa. Ketika ditanya mengenai pekerjaan terbaik, Rasulullah SAW menjawab, “pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik.” Jawaban ini mencakup berbagai bentuk usaha produktif, mulai dari pekerjaan fisik hingga kegiatan jual beli yang dilakukan dengan cara yang benar dan jujur. Kisah inspiratif ini mengajarkan bahwa kemandirian adalah kunci kebebasan, dan usaha keras adalah jalan menuju keberkahan serta ridha Allah.