Sebenarnya, Apanya Allah yang Kita Sembah?
Sebagai seorang Muslim, kita menyembah Allah. Tetapi, apanya Allah yang kita sembah?
Jawaban
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Analogi yang tepat untuk pertanyaan ini adalah, “Seandainya Anda mencintai istri Anda, apanya istri Anda yang Anda cintai?”
Yang disembah adalah Dzat yang memiliki sifat, bukan sifat itu sendiri. Yang disembah adalah al-musamma (nama yang disebut), bukan lafaz namanya. Jika menyembah sifat, hukumnya kafir (non-muslim). Atau, jika menyembah sifat dan Dzat, hukumnya juga kafir menurut Imam Al-Barawiy.
Baca juga
Jadi, Dzat Allah itu sendiri yang disembah. Dzat Allah itu apa? Pertanyaan ini sederhana, tetapi banyak orang awam yang salah paham, terutama mereka yang tidak memiliki pengetahuan agama yang memadai, melainkan hanya berfokus pada ilmu-ilmu umum.
Ada cukup banyak yang menyimpulkan bahwa kata “Dzat” dalam ungkapan “Dzat Allah” adalah zat atau unsur. Mereka menganggapnya seperti zat cair, zat padat, atau susunan partikel kimiawi. Biasanya, anggapan seperti ini ada di grup-grup ateis atau agnostik.
Tidak heran jika mereka menjadi ateis, agnostik, atau anti-Islam, karena mengira Tuhan yang disembah umat Islam adalah sosok yang tersusun dari zat-zat kimia tertentu yang misterius. Hanya orang bodoh yang mau menyembah sosok seperti ini. Dalam ilmu kalam, sosok seperti itu disebut jisim. Jisim sama sekali tidak layak disembah, berupa apa pun, sehebat apa pun, dan bagaimanapun.
Terjemahan kata “Dzat” yang paling mendekati maksud yang benar adalah eksistensi. Istilah ini dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang ada. Segala yang ada disebut dzat. Jadi, istilah Dzat Allah berarti keberadaan/eksistensi Allah itu sendiri, bukan hal lain yang berhubungan dengan Allah.
Bila kata “Allah” diganti dengan “Fulan”, maka dzat fulan berarti sosok fulan itu sendiri, bukan warna kulitnya, bukan ukuran bajunya, bukan sifat-sifatnya, dan bukan apa pun yang terkait dengan fulan, tetapi eksistensi fulan itu sendiri.
Kenapa Kita Menyembah Allah?
Jika alasannya karena memberi manfaat, maka ada banyak hal di dunia ini yang memberi manfaat, bahkan secara langsung dan inderawi sehingga tidak perlu melibatkan keyakinan. Jika ini alasannya, maka akan banyak sekali yang seharusnya juga disembah.
Jika alasannya karena takut celaka, maka banyak hal yang juga dapat mencelakakan kita. Binatang buas bisa, bahkan kendaraan kita pun bisa membuat tubuh kita hancur. Jika ini alasannya, maka akan banyak sekali yang seharusnya juga disembah.
Jika alasannya karena Allah yang menciptakan kita, maka ayah dan ibu kita juga selayaknya dapat bagian dalam penyembahan kita sebab mereka yang terlibat secara inderawi terhadap keberadaan kita di dunia.
Jika alasannya karena Allah yang menciptakan dunia ini, maka ada banyak sekali faktor yang terlibat di dalam terciptanya dunia ini sehingga dunia menjadi bentuknya yang sekarang. Jika ini alasannya, maka semua faktor itu selayaknya disembah juga.
Seluruh alasan di atas bukan jawaban yang tepat. Jawabannya adalah karena hanya Allah saja yang berhak disembah. Hanya Allah saja yang mempunyai kelayakan untuk disembah dan diperlakukan sebagai Tuhan. Seluruh sesembahan lainnya dalam sejarah manusia tak lebih dari sekadar makhluk, sama seperti kita. Seluruh makhluk itu diciptakan dengan fungsi tertentu yang ada kalanya baik bagi manusia dan ada kalanya tidak, namun sama sekali tak ada alasan untuk menyembah makhluk mana pun. Sehebat apa pun atau semenakutkan apa pun, makhluk tetaplah makhluk yang tak layak disembah. Karena itulah maka agama Islam memerangi kesyirikan yang tak lain adalah penyembahan makhluk di samping penyembahan Allah.
Inilah makna la ilaha illallah; tiada sesembahan yang benar (berhak disembah) kecuali Allah saja. Dari mana bisa tahu bahwa Allah saja satu-satunya yang layak disembah di semesta ini? Ini panjang ceritanya. Ranahnya adalah ilmu kalam.
Saran kami, mikir itu mikir makhluq saja jangan berat-berat. Contoh hati qolb kita ini, kalau gini kok gini, kalau gitu kok gitu. Kalau sholat kok gini, kalau lagi itu kok gitu. Terus bagaimana agar jadi qolbun salim. Kalau sudah khatam bolehlah mikir-mikir makhluq lain dari jenis manusia, lanjut malaikat dll juga bumi. Dalam sebuah hadis kita disuruh mikir tentang makhluq, ada contoh Alloh Ta’ala mencipta satu malaikat yang kedua kakinya di bumi ke tujuh yang paling bawah. Anda pikir saja bumi yang ke tujuh. Cari kalau bisa, kalau ketemu bisa kaya raya, baik material maupun spiritual. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Ibaroh:
جامع الأحاديث
١٦٧٠٠- لا تفكروا فى الله وتفكروا فى خلق الله وإن ربنا خلق ملكا قدماه فى الأرض السابعة السفلى ورأسه قد جاوز السماء العليا ما بين قدميه إلى كعبيه مسيرة ستمائة عام والخالق أعظم من المخلوق (أبو الشيخ فى العظمة، وأبو نعيم فى الحلية عن عبد الله بن سلام). أخرجه أبو الشيخ (١/٢٣٧، رقم ٢١) ، وأبو نعيم فى الحلية (٦/٦٦)
Kesimpulan
Yang kita sembah adalah eksistensi Allah, Dzat-Nya, bukan hanya sifat-sifat-Nya. Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah karena Dia adalah pencipta dan penguasa seluruh alam semesta.