Kajian Kitab Minhajul ‘Arifin Karya Imam Al-Ghazali: Keselamatan dan ‘Uzlah

Kajian Kitab Minhajul ‘Arifin Karya Imam Al-Ghazali: Keselamatan dan ‘Uzlah

27 September 2025
Rayyan

Bab 24: Keselamatan

Hendaklah engkau mencari keselamatan –semoga orang yang mencarinya akan mendapatkannya–. Apalagi bagi orang yang menghadapi bencana. Keselamatan begitu penting di zaman ini, ia hadir dalam sikap tidak mencari kemasyhuran (khumul).

Jika engkau tidak berada dalam sikap khumul, hendaklah engkau ber ‘uzlah (mengasingkan diri), akan tetapi ‘uzlah tidak seperti khumul. Jika engkau tidak bisa ber ‘uzlah, maka diamlah, akan tetapi diam itu tidak seperti ‘uzlah. Jika engkau tidak mampu juga untuk diam, maka berbicaralah yang bermanfa’at dan tidak merugikan, akan tetapi berbicara pun tidak seperti diam.

Jika engkau ingin selamat, hendaklah engkau jangan mendebat lawan dan jangan mencari kesulitan. Semua orang mengatakan “aku”, maka katakanlah “engkau”. Semua orang mengatakan “milikku”, maka katakanlah “milikmu”. Keselamatan berada di dalam ketiadaan pengakuan. Ketiadaan pengakuan berada di dalam ketiadaan keinginan. Ketiadaan keinginan berada di dalam sikap meninggalkan pengakuan. Ilmu terdapat di dalam pengaturan urusanmu yang berada dalam genggaman kekuasaan Allah semata.

Allah ta’ala berfirman: { أليس الله بكاف عبده }, yang artinya: “Tidakkah Allah cukup menjadi pelindung hamba-hamba-Nya?” (QS 39:36). Dan Allah berfirman, { الأمر من السماء إلى الأرض }, yang artinya: “Dia mengatur urusan dari mulai langit hingga ke bumi.” (QS 32:5).

Bab 25: ‘Uzlah (Mengasingkan Diri)

Orang yang beruzlah / mengasingkan diri membutuhkan 10 hal, yaitu:

  1. Mengetahui tentang hal yang benar dan yang bathil.
  2. Bersikap zuhud.
  3. Kecendrungan untuk memilih kekerasan hidup.
  4. Upaya mengambil manfaat dari kesendirian dan keselamatan.
  5. Perhatian terhadap berbagai akibat.
  6. Mempunyai kesadaran bahwa orang lain lebih utama daripada dirinya.
  7. Pengasingan diri dari kejahatan manusia.
  8. Tidak putus dalam beramal karena menganggur itu sebuah bencana.
  9. Tidak bangga diri dengan apa yang dimiliki.
  10. Mengosongkan rumahnya dari segala bentuk keberlebihan/fudhul.

Fudhul adalah sesuatu yang melebihi kadar keperluanmu sehari-hari bagi ahlil irodah, sesuatu yang melebihi kadar waktumu bagi ahlil ma’rifat dan sesuatu yang memutuskannya dari mengingat Allah.

Rasulullah SAW bersabda kepada Hudzifah bin al Yaman: “Jadilah engkau karpet di rumahmu” (al halas/karpet adalah karpet yang dihamparkan di dalam rumah, ini adalah kinayah dari wajibnya seseorang untuk menetap di dalam rumah kecuali jika keadaan darurat).

Isa bin Maryam -alaihis salaam- berkata: “Kuasailah lidahmu, jadikanlah rumahmu sebagai pemberi keleluasaan bagimu, rendahkanlah dirimu pada posisi binatang buas dan api yang membakar, Manusia dulunya adalah daun tanpa duri dan sekarang menjadi duri tanpa daun, dulunya manusia adalah obat yang menyembuhkan dan sekarang menjadi penyakit yang tidak ada obatnya.”

Dikatakan kepada Dawud At Tho’i: “Mengapa engkau tidak bergaul dengan manusia?” Beliau berkata: “Bagaimana saya akan bergaul dengan orang yang mengikuti aibku, orang tua tidak mengenal etika dan yang muda tidak mempunyai rasa hormat. Barang siapa merasa nyaman bersama Allah maka ia tidak akan merasa nyaman kepada selain-Nya.”

Al Fudhail berkata: “Jika engkau mampu berada di suatu tempat yang tidak engkau ketahui dan engkau tidak dikenal, maka lakukanlah.”

Sulaiman berkata: “Keinginanku di dunia memakai jubah dan berada di suatu tempat yang di sana tidak ada seorangpun mengenalku, tanpa makan siang dan tanpa makan malam.”

Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang suatu zaman ketika orang yang berpegang teguh kepada agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api, dia meperoleh pahala limapuluh kali lebih besar daripada pahala yang kalian peroleh.” Dalam beruzlah anggota badan terpelihara, hati kosong dari selain Allah, hak-hak makhluk menjadi gugur, pintu-pintu keduniaan tertutup, senjata setan di hancurkan dan lahir dan batin dimakmurkan.

Kesimpulan

Artikel ini membahas tentang pentingnya keselamatan dan ‘uzlah (mengasingkan diri) dalam ajaran Islam, merujuk pada kajian dari kitab Minhajul ‘Arifin karya Imam Al-Ghazali. Keselamatan dapat dicapai dengan menjauhi perdebatan, mengutamakan sikap rendah hati, dan fokus pada urusan Allah. Sementara itu, ‘uzlah memberikan kesempatan untuk introspeksi diri, menjauhi godaan dunia, dan memperdalam hubungan dengan Allah SWT. Artikel ini juga menekankan pentingnya menjaga lisan, menjauhi perbuatan yang sia-sia, dan berpegang teguh pada ajaran agama di tengah tantangan zaman.

Bagikan Artikel

Artikel Terkait