Siapa yang tak mengenal dengan sosok Khalid bin Walid? Hampir semua pasukan yang pernah bertempur dengan kaum muslimin mengenal sosok tersebut. Baik kawan maupun lawan begitu segan dengan sesosok Khalid bin Walid Sang Pedang Allah ini.
Beliau memiliki nama lengkap yaitu Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah. Khalid bin Walid masih satu nasab dengan Nabi Muhammad dari kakek buyutnya yang bernama Murrah. Beliau lahir pada tahun 585 M. di Kota Makkah dan termasuk ke dalam Bani Makzhum yang merupakan salah satu suku yang masyhur di antara suku-suku Quraisy.
Bani Makhzum terkenal dengan keahliannya dalam berkuda. Di samping itu, sejak kecil beliau telah memperoleh pendidikan dasar-dasar peperangan seperti strategi dan seni berperang yang meliputi strategi gerilya, bergerak cepat di padang gurun, melakukan serangan tanpa diduga-duga, menyerang musuh dsb. Kesemua itu, beliau peroleh dari ayahnya yang bernama Walid bin Mughiroh sehingga tak heran jika Khalid bin Walid dewasa menjadi Panglima tertinggi kaum muslimin kala itu.
Sebelum masuk Islam, beliau salah satu penentang utama dakwah Nabi Muhammad bersama kaum musyrik Quraisy ketika itu. Khalid memiliki watak kasar sebagai seorang prajurit, lebih mengandalkan kekerasan dan kekuatannya, serta berani bertarung dengan siapa pun di medan perang. Jadi, tak ayal Sang Khalid bin Walid ini dengan segala kemampuannya yang ketika itu, mampu mengcomeback kaum muslimin pada Perang Uhud dengan memanfaatkan kelengahan pasukan pemanah kaum muslimin yang meninggalkan perbukitan untuk mengambil ghanimah dari kaum musyrikin Makkah.
Setelah Pasukan yang dikomandoi Khalid bin Walid mampu menguasai perbukitan yang sebelumnya ditempati oleh pasukan Muslimin, beliau segera memerintahkan prajuritnya untuk memanahi kaum muslimin hingga bercerai berailah pasukan muslimin dan peperangan dimenangkan oleh kaum Kafir Quraisy.
Mengatahui pasukannya telah memenangkan Perang Uhud, Khalid bin Walid berseru kepada Nabi Muhammad, “Wahai Muhammad, lihatlah pasukanmu bercerai-berai dan tewas dalam kekalahan peperangan ini, dan lihatlah pamanmu Hamzah yang tewas itu dengan tubuh yang terkoyak-koyak.” Kemudian Rasulullah pun menjawab, “Wahai Khalid, sesungguhnya pasukankulah yang menang, mereka (pasukan muslim) yang gugur adalah syahid. Mereka tidak mati, hanya saja berpindah alam dari dunia ke akhirat, serta hidup di sisi Allah Swt. Mereka memperoleh ganjaran surga karena telah berjuang membela agama Allah Swt. Akan tetapi, tewasnya pasukanmu sebagai orang kafir akan mendapat balasan Neraka Jahnnam.”
Pasca mendengarkan perkataan Nabi diatas, Khalid bin Walid mulai dilanda kecemasan dan pergulatan batin yang berkepanjangan. Dia mulai menginstropeksi apakah selama ini yang ia perbuat (memusuhi kaum muslimin) itu benar atau salah. Lalu dia mengutus mata-mata guna mengawasi gerak-gerik Rasulullah pasca Perang Uhud.
Setelah sekian lama memata-matai, utusan Khalid kemudian melaporkan kepadanya bahwa Rasulullah sempat membicarakan Khalid, “Aku merasa heran dengan Khalid bin Walid, dia itu pria yang cerdas, gagah perkasa, tetapi mengapa dia masih tidak mengerti tentang agama Allah yang aku bawa ini. Jikalau dia mengerti tentang risalah yang aku bawa ini, pastilah dia akan kujadikan juru rundingku, dan akan berjuang atas nama agama Allah bersamaku.”
Setelah mendengarkan laporan dari intelnya, Khalid bin Walid semakin dilanda pergolakan batin. Dia mulai sadar dan tertarik akan risalah yang dibawakan Rasulullah itu. Dalam kitab Al-Maghzi Muhammad diceritakan, Khalid bin Walid menuturkan bahwa dia mendapatkan hidayah melalui peperangan yang telah dijalaninya. “Aku telah menyaksikan tiga kali peperangan dan kesemuanya melawan Muhammad. Setiap Pasca pertempuran yang aku ikuti, aku selalu merasa berada pada pihak yang kalah, sedangkan Muhammad pasti akan menang”.
Saat peristiwa Umroh Qodho’ pada tahun 8 H di Makkah. Khalid bin Walid menjumpai Nabi Muhammad dan akan menyerangnya, tetapi kehendak itu terhalangi oleh nuraninya. Saat itu, ia melihat Rasulullah menunaikan sholat ashar di sisi Ka’bah. Khalid melihat peristiwa tersebut dengan mata batinnya dan merasa ada kebaikan dalam diri Muhammad. Hal itulah yang semakin membuatnya tertarik dengan Agama yang dibawa Rasulullah.
Pada saat yang sama, saudara kandung Khalid yang telah masuk Islam terlebih dahulu yaitu Walid bin Al Walid mengirimkan surat kepada Khalid. “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Aku tidak melihat suatu yang ganjil, kecuali melihatmu menjauhi Islam. Sebenarnya kau adalah orang yang cerdas. Bisakah seseorang tidak melihat Islam? Rasulullah menanyaiku tentangmu.” Beliau bertanya, “Di mana Khalid?” Aku menjawab, “Allah akan menuntunnya”. Rasulullah berkata, “Sepertinya tidak ada orang yang akan mengabaikan Islam. Sesungguhnya, akan lebih baik dia menggunakan ketangguhan & kecerdasannya dengan kaum Muslim, dan bukan dengan kaum Musyrik.
Setelah membaca surat yang dikirimkan saudaranya, dia mulai merenungkan ajaran Islam. Dia juga melihat sendiri perkembangan agama Islam yang semakin pesat. Sebagaimana yang diceritakan dalam kitab Suwar min Siyar Ash-Shahabah, Khalid berkata, “Sungguh jalan kebenaran telah tampak. Muhammad benar-benar utusan Allah. Mau sampai kapan aku terus memeranginya, demi Allah, aku akan sowan kepadanya dan masuk Islam.
Selang beberapa waktu, Khalid pun segera memacu kudanya ke Madinah untuk sowan kepada Rasulullah. Dia sudah mantap bahwa dia akan masuk keagama Islam. Saat diperjalanan, dia bertemu dengan sahabatnya yaitu Utsman bin Talhah serta Amru bin Ash di daerah Hadda. Khalid mengutarakan tujuan perjalanannya bahwa ia hendak mengikuti ajaran Muhammad. Tak disangka, Amru bin Ash memiliki maksud yang sama. “Itu juga menyebabkanku melakukan perjalanan ini,” begitu tuturnya.
Di dalam kitab Rijalun Haula Rasul karya Khalid Muhammad Khalid dijelaskan. Pada awal bulan Safar 8 H. Akhirnya, ketiga orang tersebut pun berangkat bersama untuk menemui Rasulullah. Setelah tiba, Khalid pun mengucapkan salam kepada Rasulullah. Kemudian, Rasulullah pun menjawab salam tersebut dengan muka cerah. Khalid bin Walid pun segera mengucapkan syahadat dan resmi masuk Islam.
Di dalam kitab yang sama dicertikanan, Rasulullah pun sudah mengetahui maksud kedatangann Khalid. “Sungguh aku telah mengetahui bahwa engkau mempunyai akal sehat dan aku berharap, akal sehat itu hanya akan menuntunmu ke jalan yang baik,” demikian perkataann Rasulullah.
Kemudian Khalid bin Walid berbaiat dan meminta barokah doa kepada Rasulullah agar dimintakan ampunan terkait upaya yang telah dilakukan pada masa lalunya berupa menghalangi jalan Allah Swt. kemudian Rasulullah pun menjawab, “Sesungguhnya keislaman itu telah menghapuskan segala perbuatan yang lampau.”
Akan tetapi, Khalid bin Walid tetap memaksa Rasulullah untuk tetap memintakan ampunan kepada Allah untuk dirinya. Kemudian Rasulullah pun berdoa memintakan ampun kepada Allah untuk Khalid, “Ya Allah, aku memohon agar Engkau mengampuni Khalid bin Walid atas tindakannya menghalangi jalanmu di masa lalu.”
Penulis : Fani Azfar
Editor : RH. Ula