27 Rajab 1442 H atau bertepatan pada 11 Maret 2021. Para santri Pondok Pesantren Sabilurrosyad menggelar acara dalam rangka memperingati hari besar Islam yakni Isra’ Mi’raj. Isra’ Mi’raj merupakan hari istimewa yang terdapat pada salah satu bulan mulia, bulan Rajab. Acara ini dimulai setelah sholat maghrib yang dibuka dengan pembacaan tahlil. Pembacaan tahlil diawali dengan mengirim hadiah fatihah kepada Nabi muhammad, kepada Masyayikh, dan para ‘alim ulama yang telah mendahului kita, serta ditutup dengan pembacaan doa. Setelah selesai pembacaan tahlil, dilanjutkan dengan sholat isya’ berjama’ah. Seusai sholat jama’ah para santri melanjutkan rangkaian acara selanjutnya, yaitu pembacaan diba’ barzanji dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah selesai pembacaan diba’ barzanji, tibalah kepada acara inti, yaitu Mauidhoh Hasanah dari Ustadz Ali Mahsun dengan tema Isra’ Mi’raj. Ceramah kali ini sangat menarik dan mengandung seribu makna karena membahas tentang keutamaan bersholawat kepada Nabi muhammad SAW. Ustadz Ali menuturkan bahwa dalam kitab Afdholus Sholawat, Allah memerintahkan kepada umat muslim untuk bersholawat. Perintah untuk bersholawat ini tidak lain adalah wejangan dari Allah untuk ummat Nabi Muhammad. Nabi Muhammad adalah Nabi yang paling mulia. Dengan perantara nabi Muhammad, umat Islam mampu meraih kebaikan-kebaikan yang banyak meskipun dengan usaha yang relatif sedikit. Misalnya, membaca al-Qur’an namun tidak paham maknanya itu sudah dinilai pahala, mengerti halal-haram itu dinilai pahala, dan lain sebagainya. Keutamaan ini tidak lain adalah karena ada campur tangan Nabi Muhammad sebagai perantaranya. Bahkan karena Nabi Muhammad pula, ummat Islam mengerti kunci-kunci surga. Begitu besar peran Rasulullah, sehingga kita tidak akan mampu untuk berterima kasih kepadanya. Lalu, apa kaitannya dengan bersholawat? Dikarenakan kita tidak akan mampu untuk berterima kasih kepada Nabi Muhammad, maka Allah memberikan alternatif untuk menyampaikan rasa terima kasih kita kepada Nabi Muhammad, yaitu dengan memperbanyak bersholawat kepadanya.
Ustadz Ali kembali meneruskan ceramah, selanjutnya mengenai tentang cara meraih kehidupan yang berbahagia yang tentunya tidak terlepas dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Tidak ada yang menyangkal bahwa bahagia merupakan idaman bagi setiap manusia. Isra’ yang berarti memperjalankan pada waktu malam, dan Mi’raj berarti alat untuk naik. Pada peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad diperjalankan oleh Allah dari Makkah menuju Baitul Maqdis lalu naik ke Sidratul muntaha. Dawuh Ustadz Ali, siapa pun yang bisa mengambil pelajaran dari Isra’ Mi’raj, pasti akan hidup sukses dan bahagia. Mengenai keterkaitan hikmah Isra’ Mi’raj dan kehidupan yang bahagia tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, Dimulai dari sebelum Nabi Muhammad berangkat Isra’ Mi’raj, beliau melakukan pembedahan dada atau operasi oleh malaikat Jibril. Dada Nabi Muhammad di buka dan dibersihkan hatinya, kemudian diisi dengan keimanan serta hikmah. Seseorang jika ingin hidupnya bahagia, maka isilah hati dengan iman serta Nur Allah SWT. kemudian untuk membuktikan hati seseorang telah diberi Nur Allah adalah dengan tidak adanya sikap jengkel meskipun banyak yang menghina atau mencacinya. Sambung Ustadz Ali, Cara menghancurkan sifat buruk di hati manusia adalah dengan banyak berkhidmah kepada Masyayikh. Khidmahnya seseorang itu bisa menjadi sebab terhubungnya kepada Gusti Allah SWT.
Ustadz Ali menceritakan Sebuah kisah kewalian Mbah Bolong Sonhaji, yang merupakan murid Mbah Sunan Ampel yang memiliki karomah dapat hidup setelah meninggal dunia. Meskipun dari segi keilmuan beliau tidak begitu signifikan, akan tetapi beliau sangat berkhidmah kapada Mbah Sunan Ampel, yaitu dengan mencuci baju Mbah Sunan Ampel, membersihkan masjid, menjadi tukang masak untuk Mbah Sunan Ampel. Ketika Mbah Bolong meninggal, Mbah Sunan Ampel merasa bersedih karena tidak ada lagi yang akan membersihkan masjid, mencuci bajunya, dan memasak untuknya. Mbah Sunan Ampel berharap kalau-kalau Mbah Bolong hidup lagi. Qadarullah, Mbah Bolong kembali hidup dan kembali mengabdi kepada Mbah Sunan Ampel. Mbah bolong mencuci baju, menjadi tukang masak, dan membersihkan masjid, singga suatu ketika Mbah Bolong meninggal dunia lagi. setelah kepergian Mbah Bolong yang kedua ini, Mbah Sunan Ampel kembali merasa bersedih dan berharap Mbah Bolong kembali hidup lagi, sehingga Mbah Bolong kembali hidup. Begitulah seterusnya hingga kejadian meninggal-hidupnya Mbah Bolong terjadi sembilan kali dan kemudian beliau meninggal untuk selamanya.
Kisah serupa juga dialami oleh Mbah Yai Fatah, Pondok Panggung Tulungagung. Beliau adalah seorang wali Allah. Beliau memiliki tiga murid yang ketiganya juga merupakan wali yang mengajinya atau menimba ilmu ketika setelah meninggal dunia. Mbah Yai Fatah memiliki karomah yakni mampu menolak datangnya banjir bandang yang akan menuju Tulungagung. Karomah ini tidak lain adalah karena khidmahnya kepada Sang guru Mbah Yai Zainuddi, Mojosari, Nganjuk. Setiap subuh beliau berangkat dari Tulungagung ke Nganjuk dengan berjalan kaki hanya untuk mengisi bak mandi untuk gurunya. Setelah terisi penuh, beliau kembali ke Tulungagung dengan jalan kaki dan dapat sampai di Tulungagung sebelum subuh. Dengan khidmahnya ini pula, beliau diangkat derajatnya oleh Allah dan dibersihkan hatinya dari kotoran-kotoran sehingga tidak ada rasa jengkel atau marah pada diri Mbah Fatah. Surga adalah simbol bahagia, orang yang hatinya bersih dari sifat sombong akan hidup bahagia dan akan sampai kepada surga.
Kedua, Makkah pada saat itu sulit untuk tempat perkembangan agama Islam. Sehingga Nabi Muhammad diperintahkan untuk berhijrah, dan setelah hijrah ini Nabi mendapat kemudahan dari Allah. Pelajaran yang dapat diambil adalah jika anda mengalami kesulitan dalam berdakwah, maka hijrahlah ke tempat yang lain. Mungkin saja dengan berhijrah nanti akan diberikan kemudahan dalam berdakwah yang lebih luas lagi cakupannya.
Ketiga, ketika Nabi Muhammad melakukan Isra’ Mi’raj, beliau singgah di daerah Madyan, berteduh di bawah pohon yang pernah digunakan singgah oleh Nabi Musa AS. Kemudian melanjutkan perjalanannya lagi dan sampai di gunung Tursina, yaitu tempat pertama kali wahyu turun kepada Nabi Musa AS. Setelah itu, Nabi meneruskan perjalanan dan sampai di Betlehen dan singgah di bawah pohon kurma yang dahulunya adalah tempat lahir Nabi Isa AS. Lalu Nabi kembali melanjutkan perjalanannya hingga sampai di Baitul Maqdis, yang tidak lain adalah tempat para Nabi dalam berdakwah. Hikmahnya dari perjalanan Nabi Muhammad ketika Isra’ Mi’raj ini adalah jika ingin mendapatkan kehidupan yang sukses dan bahagia, maka banyak-banyaklah bertabarruk ke tempat-tempat mulia yang pernah di tempati oleh orang-orang yang mulia.
Contohnya seperti di Masjid Sunan Ampel, di sana terdapat tempat pengimaman yang penuh barokah, karena pernah ditempati sholat oleh Mbah Sunan Ampel. Oleh karena itu, imam yang telah selesai mengimami sholat, dianjurkan untuk berpindah tempat, untuk memberikan kesempatan bagi siapa pun yang ingin sholat di pengimaman ini dan mengharapkan keberkahan dari tempat tersebut. Ustadz Ali menekankan kembali, jika ingin hidup bahagia, seringlah bertabarruk kepada tempat-tempat mulia.
Keempat, setelah sampai di Baitul Maqdis, Nabi Muhammad naik ke langit pertama dan bertemu dengan Nabi Adam AS. Di sini Nabi Muhammad didoakan oleh Nabi Adam AS dan Nabi Muhammad pun mengamini doa tersebut. pada langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya AS dan Nabi Isa AS. Di langit tingkatan kedua ini Nabi Muhammad SAW juga didoakan dan diamini Nabi Muhammad. Kemudian menuju ke langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf AS, pada langit keempat bertemu dengan Nabi Idris AS, pada langit kelima bertemu dengan Nabi Harun AS, pada langit keenam bertemu dengan Nabi Musa, dan pada langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrohim AS. Pada setiap tingkatan langit, Nabi Muhammad didoakan oleh Nabi yang ditemuinya dan Anbi Muhammad senantiasa mengamini doa dari para Nabi tersebut. Ibroh dari peristiwa Mi’raj ini adalah, jika kita ingin hidup bahagia, hidup sakinah, maka seringlah sowan kepada Kyai baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. sebab Bertabarruk dengan meminta didoakan oleh orang sholeh itu sangat penting. Jangankan kita yang kategorinya adalah orang biasa, Nabi Muhammad yang tingkatnya Nabi saja masih minta didoakan oleh sahabatnya. Yaitu ketika sahabat Umat bin Khattab pamit kepada Nabi Muhammad untuk menunaikan haji, Nabi Muhammad berpesan supaya tidak melupakan untuk mendoakannya.
Kelima, setelah bertemu dengan para Nabi, Nabi Muhammad bertemu dengan Allah SWT dan disini Nabi Muhammad mendapat perintah sholat. Ustadz Ali kembali bercerita tentang pengalamannya ketika nyantri kepada Mbah Yai Zamroji, Kencong, “Saya seumur-umur belum pernah tertinggal takbirotul ihram (masbuk) dengan beliau”. Ustadz Ali menuturkan, dengan menjaga jamaah, istiqamah mengajar, akan menjadikan hidup penuh keberkahan, ilmu yang barokah, dan rezeki yang barokah. Sebab ketika orang yang menunaikan sholat, dia takbir lalu rukuk, kemudian sujud. Pada sujud inilah terletak poin pentingnya. Orang yang sujud, otomatis meletakkan kepalanya di bawah. Lebih rendah dari yang lainnya. Padahal posisi kepala selalu lebih tinggi dari anggota badan yang lain. Posisi sujud seperti ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang hina dan rendah. Jadi, jangan sampai kita yang rendah ini merasa sok tinggi (kibr).
Itulah kelima poin yang dapat kita ambil hikmahnya dari peringatan Isra’ Mi’raj malam ini. Semoga dengan memperingati Isra’ Mi’raj kali ini kita mendapat keberkahan diberikan ketetapan dalam sholat bejama’ah. Aamiin.
Sebagai penutup ceramah, Ustadz Ali melayangkan doa-doa dan para santri turut mengamini. Setelah mendengarkan ceramah yang sangat bermakna tersebut para santri melanjutkan kepada rangkaian acara terakhir dan yang paling dinantikan yang menjadi ciri khas warga Nahdliyin setelah melaksanakan acara kumpulan, yaitu ramah-tamah. Karena kumpulan tidak akan afdhal tanpa ada ramah-tamah ini.
Oleh: Novia A’yun